Aliran-aliran ontologi
1. Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu
hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai
sumber asal, baik yang asal berupa materi ataupun berupa rohani. Tidak mungkin
ada hakikat masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Istilah monisme oleh
Thomas Davidson disebut dengan Block Universe. Paham ini kemudian
terebagi ke dalam dua aliran:
a. Materialisme
Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan
rohani. Aliran ini sering juga disebut dengan naturalisme. Menurutnya bahwa zat
mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta. Yang ada hanyalah materi, yang
lainnya jiwa atau ruh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri.
Jiwa dan ruh merupakan akibat saja dari proses gerakan kebenaran dengan dengan
salah satu cara tertentu.
Alasan mengapa aliran ini berkembang sehingga memperkuat dugaan bahwa
yang merupakan hakikat adalah:
·
Pikiran yang masih sederhana, apa yang
kelihatan yang dapat diraba, biasanya dijadikan kebenaran terakhir.
·
Pikiran sederhana tidak mampu memikirkan
sesuatu di luar ruang yang abstrak.
·
Penemuan-penemuan menunjukan betapa
bergantungnya jiwa pada badan.
Oleh sebab itu, peristiwa jiwa selalu dilihat sebagai peristiwa jasmani.
Jasmani lebih menonjol dalam peristiwa ini. Dalam sejarahnya manusia memang
bergantung pada benda seperti pada padi. Dewi Sri dan Tuhan muncul dari situ.
Kesemuanya itu memperkuat dugaan bahwa yang merupakan haklekat adalah benda.
b. Idealisme
Aliran idealisme dinamakan juga spiritualisme. Idealisme bderarti serba
cita sedang spiritualisme berarti serba ruh. Idealisme diambil dari kata “Idea”,
yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat
kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis
dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Materi atau
zat itu hanyalah suatu jenis dari pada penjelmaan ruhani. Alasan aliran ini
yang menyatakan bahwa hakikat benda adalah ruhani, spirit atau sebangsanya
adalah:
•
Nilai ruh lebih tinggi daripada badan,
lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupoan manusia. Ruh itu dianggap
sebagai hakikat yang sebenarnya. Sehingga materi hanyalah badannya bayangan
atau penjelmaan.
•
Manusia lebih dapat memahami dirinya
daripada dunia luar dirinya.
•
Materi ialah kumpulan energi yang
menempati ruang. Benda tidak ada, yang ada energi itu saja.
•
Dalam perkembangannya, aliran ini ditemui
pada ajaran plato (428-348 SM) dengan teori idenya. Menurutnya, tiap-tiap yang
ada di alam mesti ada idenya, yaitu konsep universal dari tiap sesuatu. Alam
nyata yang menempati ruangan ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam ide
itu. Jadi idealah yang menjadi hakikat sesuatu, menjadi dasar wujud sesuatu.
2. Dualisme
Dualisme adalah aliran yang mencoba memadukan antara dua paham yang saling
bertentangan, yaitu materialisme dan idealisme. Menurut aliran dualisme materi
maupun ruh sama-sama merupakan hakikat. Materi muncul bukan karena adanya ruh,
begitu pun ruh muncul bukan karena materi. Tetapi dalam perkembangan
selanjutnya aliran ini masih memiliki masalah dalam menghubungkan dan
menyelaraskan kedua aliran tersebut di atas. Sebuah analogi dapat kita ambil
misalnya tentang jika jiwa sedang sehat, maka badan pun akan sehat
kelihatannya. Sebaliknya jika jiwa seseorang sedang penuh dengan duka dan
kesedihan biasanya badanpun ikut sedih, terlihat dari murungnya wajah orang
tersebut.
3. Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan.
Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk
itu semuanya nyata. Pluralisme dalam Dictonary of Philosophy and
Religion dikatakan sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam
ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas. Tokoh aliran
ini pada masa Yunani Kuno adalah anaxagoras dan Empedocles yang
menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari 4 unsur,
yaitu tanah, air, api, dan udara. Tokoh modern aliran ini adalah William James
(1842-1910 M). Kelahiran New York dan terkenal sebagai seorang psikolog dan
filosof Amerika. Dalam bukunya The Meaning of Truth James mengemukakan,
tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang
berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal.
4. Aliran Nihil isme dalam Filsafat
Nihi lisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah doktrin
yang tidak mengaku ivaliditas alternatif
yang positif. Istilah nihil isme diperkenalkan olehIvan Turgeniev pada tahun1862 di Rusia. Doktrin tentang nihil isme sebenarnya sudah ada semenjak zamanYunani Kuno,yaitu pada pandangan Gorgias (485-36SM) yang
memberikan tiga proposes itentang realitas.
Pertama, tidak ada sesuatupun yang eksis. Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui.
Ketiga,sekalipun realitas itu dapat kita ketahui,ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada
orang lain. Tokoh lain aliran ini adalah Friedrich Nietzche (1844-1900 M). Dalam pandangannya dunia terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia.
Mata manusia tidak lagi diarah kan pada suatu dunia
di belakang atau di atas dunia di mana ia hidup.
5. Aliran Agnostisis medalam Filsafat
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi maupun hakikat rohani. Kata
agnostisisme berasal dari bahasa Grik Agnostos,
yang berarti unknown. Artinya not, gno artinya know.
Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya
orang mengenaldanmampumenerangkansecarakonkretakanadanyakenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal.
Aliran ini dapat kita temui dalam filsafat eksistensi dengan tokoh-tokohnya seperti, Soren Kierkegaar (1813-1855 M) yang terkenal dengan julukan sebagai Bapak Filsafat Eksistensialisme,
yang menyatakan bahwa manusia itu
tidak pernah hidup sebagai suatu aku umum, tetapi sebagai aku individual yang sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan kedalam sesuatu
orang lain. Berbeda dengan pendapat Martin Heidegger (1889-1976 M), yang
mengatakan bahwa satu-satunya yang adaituialahmanusia,
karenahanyamanusialah yang dapat memahami dirinya sendiri. Tokoh lainnya adalah, Jean Paul Sartre (1905-1980 M), yang
mengatakan bahwa manusia selalu menyangkal. Hakikat beradanya manusia bukan entre (ada), melainkan a entre (akan atau sedang).
Jadi, agnostisisme adalah paham pengingkaran/penyangkalan terhadap kemampuan manusia mengetahui hakikat benda,
baik materi maupun rohani.[7]
No comments:
Post a Comment