Metode ontologi
Pertanyaan tentang’mengada’ ini muncul
dari pemahaman tentang kenyataan kongkret. Dengan demikian ontologi menanyakan
sesuatu yang tidak serba terkenal. Andaikan sama sekali tidak terkenal,
mustahillah pernah akan dapat ditanyakan. Maka telah ada semacam vorwissen (pra
pengetahuhan) ; sudah ada suatu pemahaman, namun yang belum tahu pula.
Pemahamam itu senada dengan keinsafan manusia akan dirinya sendiri
sebelum melaksanakan antropologi metafisik; -bahkan merupakan
lanjutan sebelum melaksanakan antropologi meta fisik;- filsafat
lalu menjurus ke suatu refleksi terakhir, yang ingin mengeksplitasikan dan
mentematisasikan vorwissen tersebut. tetapi, walaupun terbuka
untuk perkembangan selanjutnya, vorwissen itu jugatelah
menentukan cakrawala prisipal, ataupun telah memasang suatu apriori mutlak. Segala
perkembangan pengertian telah termuat dalam batas-batas prapemahaman itu, dan
tidak pernah akan dapat melampuinya. Yang ada di luarnya tidakakan dan tidak
dapat dipertanyakan, karena tidak dipandang sebagai’mengada’
Dengan demikan ontologi bergerak di anatara dua kutub,yaitu anatara pengalaman
akankenyataan konkret dan prapengertian ‘mengada’ yang paling umum. Dalam
refleksi ontologi kedua kutub itu saling menjelaskan. Atas dasar pengalaman
tentang kenyataan akan semakin disadari dan di eksplisitasikan arti dan hakikat
‘mengada’. Tetapi sebaliknya prapemahaman tentang cakrawala ‘mengada’ akan
semakin menyoroti pengalaman konkret itu , dan membuatnya terpahami
sungguh-sungguh. Jadi refleksi ontologis berbentuk suatu lingkaran hermeneutis
anatara pengalaman dan’mengada’ tanpa mampu dikatakan man yang lebih dahulu.
Metode ontologi ini tidak dapat
dipertanggungjawabkan lebih lanjut dulu. Akan menjadi lebih jelas sambil
berjalan, dan sahnya akan tampak dalam uraian ontologis sendiri tidaklah mungkin
bertitik pangkal dari rumus-rumus tepat mengenai ‘mengada’ dan segala sesuatu
yang berhubungan dengannya oleh karena dua alasan. Pertama, rumus sedemikian
itu belum diberikan dasar mutlak dan kepastian ultima. Dengan menentukan rumus
sedemikan tanpa jaminan definitif, ada bahaya bahwa telah ditentukan batas
batas yang terlalu sempit dan kurang supel, sehingga secara apriori telah akan
tertutup jalan-jalan pemikiran yang tertentu. Kedua, suatu definisi selalu
memakai suatu pengertian lain yang diandaikan telah diketahuhi lebih dahulu dan
lebih jelas dari’mengada’ itu. Oleh kedua alasan ini rumus rumus dalam ontologi
hanya mungkin terjadi sebagai kesimpulan kesimpulan uraian.[9]
No comments:
Post a Comment