METODE ONTOLOGI - pemuda bebas berkarya

Breaking

post

recent/hot-posts

Thursday, May 31, 2018

METODE ONTOLOGI



Metode ontologi


Pertanyaan tentang’mengada’ ini muncul dari pemahaman tentang kenyataan kongkret. Dengan demikian ontologi menanyakan sesuatu yang tidak serba terkenal. Andaikan sama sekali tidak terkenal, mustahillah pernah akan dapat ditanyakan. Maka  telah ada semacam vorwissen (pra pengetahuhan) ; sudah ada suatu pemahaman, namun yang belum tahu pula. Pemahamam itu senada dengan keinsafan  manusia akan dirinya sendiri sebelum melaksanakan  antropologi  metafisik; -bahkan merupakan lanjutan sebelum  melaksanakan antropologi meta fisik;-  filsafat lalu menjurus ke suatu refleksi terakhir, yang ingin mengeksplitasikan dan mentematisasikan vorwissen tersebut. tetapi, walaupun terbuka untuk perkembangan selanjutnya, vorwissen  itu jugatelah menentukan cakrawala prisipal, ataupun telah memasang suatu apriori mutlak. Segala perkembangan pengertian telah termuat dalam batas-batas prapemahaman itu, dan tidak pernah akan dapat melampuinya. Yang ada di luarnya tidakakan dan tidak dapat dipertanyakan, karena tidak dipandang sebagai’mengada’
            Dengan demikan ontologi bergerak di anatara dua kutub,yaitu anatara pengalaman akankenyataan konkret dan prapengertian ‘mengada’ yang paling umum. Dalam  refleksi ontologi kedua kutub itu saling menjelaskan. Atas dasar pengalaman tentang kenyataan akan semakin disadari dan di eksplisitasikan arti dan hakikat ‘mengada’. Tetapi sebaliknya prapemahaman tentang cakrawala ‘mengada’ akan semakin menyoroti pengalaman konkret itu , dan membuatnya terpahami sungguh-sungguh. Jadi refleksi ontologis berbentuk suatu lingkaran hermeneutis anatara pengalaman dan’mengada’ tanpa mampu dikatakan man yang lebih dahulu.
Metode ontologi ini tidak dapat dipertanggungjawabkan lebih lanjut dulu.  Akan menjadi lebih jelas sambil berjalan, dan sahnya akan tampak dalam uraian ontologis sendiri tidaklah mungkin bertitik pangkal dari rumus-rumus tepat mengenai ‘mengada’ dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya oleh karena dua alasan. Pertama, rumus sedemikian itu belum diberikan dasar mutlak dan kepastian ultima. Dengan menentukan rumus sedemikan tanpa jaminan definitif, ada bahaya bahwa telah ditentukan batas batas yang terlalu sempit dan kurang supel, sehingga secara apriori telah akan tertutup jalan-jalan pemikiran yang tertentu. Kedua, suatu definisi selalu memakai suatu pengertian lain yang diandaikan telah diketahuhi lebih dahulu dan lebih jelas dari’mengada’ itu. Oleh kedua alasan ini rumus rumus dalam ontologi hanya mungkin terjadi sebagai kesimpulan kesimpulan uraian.[9]


No comments:

Post a Comment