BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Opinion leader atau
pemimpin opini adalah individu yang memimpin dalammempengaruhi pendapat orang lain
tentang inovasi.Perilaku pemimpin
opini penting dalam menentukan tingkat adopsi suatu
inovasi dalam suatu sistem.
Opinion leaders menjadi
perbincangan dalam literatur komunikasi sekitar tahun 1950-1960-an, sebelumnya
literatur komunikasi yang sering digunakan yaitu kata-kata influentials,
influencers atau tastemakers untuk menyebut opinion leaders.
Kemudian kata opinion leaders lebih sering dikenal
dimasyarakat pedesaan, sebab pada saat itu tingkat media masih rendah serta
pendidikan yang belum maju. Jadi kebutuhan akan informasi dipedesaan diterima
dari mereka yang mempunyai pemahaman yang tinggi serta kebutuhan akan media
yang tidak rendah.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian opinion
leader?
2. Bagaimana
sejarah opinion leader?
3. Apa saja
model alur komunikasi massa?
4. Apa saja
karakteristik dari opinion leader?
5. Bagaimana
cara mengetahui opinion leaders?
6. Apa
saja penerapan opinion leader di Indonesia?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN OPINION LEADER
Opinion
leader atau pemimpin opini adalah individu
yang memimpin dalam
mempengaruhi pendapat orang lain
tentang inovasi.
Perilaku pemimpin
opini penting dalam menentukan tingkat adopsi suatuinovasi dalam
suatu sistem. Bahkan, bentuk kurva difusi terjadi
karenapemimpinopini sekali mengadopsi kemudian memberitahu orang lain
tentang inovasi yang diadopsinya.
Opinion
leaders adalah orang yang mempunyai keunggulan dari
masyarakat kebanyakan. Opinion leaderslebih
mudah menyesuaikan diri dengan masyarakatnya, lebih kompeten dan lebih tahu
memelihara norma yang ada. Kemampuan dirinya memelihara norma menjadi salah
satu konsekuensi logis bentuk pelayanan atau suri teladan yang diberikan atau
ditunjukkan kepada masyarakatnya. Menurut Homanas (1961),”Seseorang yang
memiliki status sosial tinggi (pemimpin pendapat) akan senantiasa memelihara
nilai-nilai serta norma kelompoknya sebagai syarat minimal dalam mempertahankan
statusnya.” (Depari dan Andrew, 1982).
Jadi, Opinion leaders dapat dikatakan
sebagai orang-orang berpengaruh, yakni orang-orang tertentu yang mampu
memengaruhi sikap orang lain secara informal dalam suatu sistem sosial.
B.
SEJARAH OPINION
LEADER
Istilah
opinion leader menjadi perbincangan
dalam literatur komunikasi sekitar tahun 1950-1960-an sebelumnya literatur
komunikasi sering digunakan kata-kata influentials, influencers atau
tastemakers untuk menyebut opinion leader.
Kemudian kata opinion leader lebih sering dikenal dimasyarakat pedesaan, sebab
pada saat itu tingkat media masih rendah serta pendidikan yang belum maju. Jadi
kebutuhan akan informasi dipedesaan diterima dari mereka yang mempunyai
pemahaman yang tinggi serta kebutuhan akan media yang tidak rendah.
Ada dua pengelompokan opinion leader :
1. Opinion Leader Aktif (Opinion
Giving)
Disini para opinion leader tersebut sengaja mencari
penerima atau followers untuk mengumumkan atau mensosialisasikan suatu
informasi. Contoh : saat adanya program KB (Keluarga Berencana) yang bertujuan
menegendalikan pertumbuhan penduduk. Tapi bagi masyarakat desa hal ini masih
terlalu baru dan mereka belum mengenal apa itu KB sebenarnya, maka disini
peranan opinion leader tersebut dituntun untuk menyampaikan informasi bahwa program
KB ini bertujuan penting bagi kelangsungan masyarakat dipedesaan.
2. Opinion Leader Pasif (Opinion
Seeking)
Dalam hal ini followers
lebih aktif mencari sumber informasinya kepada opinion leader, sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi
seperti halnya contoh diatas tersebut[1]
C.
MODEL ARUS KOMUNIKASI
Dalam
proses komunikasi dikenal empat model arus alir pesan, yakni model jarum
injeksi (hypodermic needle model), model alir satu tahap (one step
flow model), model alir dua tahap (two step flow model) dan model
alir banyak tahap (multy step flow model). (Sardjono, 1989).
Masing-masing model mempunyai ciri khas dan pola yang berbeda satu sama lain
sehingga berbeda pula dalam arus peredaran komunikasinya.
Masing-masing
model mempunyai kelebihan dan kekurangan karena kurun wkatu dan tokoh yang
memunculkannya juga berbeda satu dengan yang lain. Tetapi yang lebih penting,
akan ditunjukkan lewat model yang mana pemimpin opini atauopinion
leader (pemuka pendapat, pemimpin opini, tetua, kepala adat) bisa
berperan. Dengan kata lain, dimana letak pemimpin opini dan bagaimana mereka
mempengaruhi audience dalam arus utama komunikasi.
1.
Model Jarum Injeksi.
Secara substansial, model ini adalah one step flow, artinya arus komunikasi disampaikan secara satu arah
saja (dari media massa kepada audience).
Dasar pemikiran model ini adalah bahwa khalayak bersikap pasif terhadap
berbagai macam informasi yang disebarkan/disiarkan media massa. Sebaliknya
media lebih aktif untuk mempengaruhi audience. Maka teori ini disebut teori
peluru (bullet theory). Jadi jika
sebutir peluru tembakkan, ia akan selalu menemukan sasaran, dan sasaran yang
dimaksud tersebut adalah khalayak.
2.
Model Aliran Satu Tahap.
Pesan model aliran satu tahap ini, media massa langsung
berhubungan dengan audiencenya.
Dengan kata lain, pesan yang disampaiakan mengalir tanpa ada perantara
(audience bisa langsung mengaskes langsung media). Adapun perbedaan diantara
keduanya adalah :
a) Model aliran satu tahap
mengakui bahwa media massa bukanlah all
powerfull dan tidak semua media mempunyai kekeuatan yang sama. Dan model
jarum hypodermik menyakini bahwa media itu all
powerfull, ibarat peluru yang ditembakkan.
b) Aspek-aspek seleksi screening (seleksi,
penyaringan) di pihak audience
mempunyai impac pesan. Dengan kata lain, pesan-pesan yang diterima sangat
tergantung pada sistem seleksi yang ada pada masing-masing audience.
c) Model aliran satu tahap mempengaruhi
kemungkinan timbulnya reaksi atau efek yang berbeda dikalangan audience
terhadap pesan-pesan dari media yang sama. Artinya pesan media yang sama
diterima beberapa audience belum tentu menimbulkan reaksi yang sama, begitu
pula dengan efek yang ditimbulkan. Tetapi dalam model jarum hipodemik, bahwa
pesan yang disampaikan media massa akan menimbulkan reaksi dan efek yang sama.
3.
Model Aliran Dua Tahap.
Dalam model ini pesan-pesan dari media massa tidak
seluruhnya langsung mengenai audience,
tetapi pesan tersebut disampaikan oleh pihak tertentu artinya pihak tertentu
tersebut dikenal dengan opinion leader
(pemimpin opini/pemuka pendapat). Ada dua tahap penyampaian pesan dalam aliran
ini. Pertama pesan media pada opinion
leader dan kedua pesan opinion leader pada audience.
4.
Model Aliran Banyak Tahap.
Pada prinsipnya., model ini adalah gabungan dari semua
model yang sudah disebutkan diatas. Model ini menyatakan bahwa pesan-pesan
media massa menyebar kepada audience
atau khalayak melalui interaksi yang kompleks.[2]
D.
KARAKTERISTIK OPINION LEADER
Opinion leaders adalah
orang yang mempunyai keungulan dari masyarakat kebanyakan. Adapun karakteristik
tersebut adalah :
1.
Lebih tinggi pendidikan formalnya
dibandingkan dengan anggota masyarakat lain
2.
Lebih tinggi status sosial ekonominya (SSE)
3.
Lebih inovatif dalam meneria dan mengadopsi
ide baru
4.
Lebih tinggi pengenalan medianya
5.
Kemampuan empatinya lebih besar
6.
Partisipasi sosial lebih besar
Disamping itu ada juga syarat seorang
pemimpin (termasuk pemimpin opini) yang pernah dikatakan oleh Floyd Ruch
sebagai berikut :
1.
Sosial
pereption, artinya seorang pemimpin harusa dapat memiliki
ketajaman dala menghadapi situasi
2.
Ability
in abstract thinking, artinya pemimpin harus memiliki kecakapan
secara abstrak terhadap masalah yang dihadapi
3.
Emotional
stability, artinya pemimpin harus memiliki perasaan stabil, tidak
mudah terkena pengaruh dari luar (yang diyakini dan bertolak belakang dengan
keyakinan masyarakat) (slamet santoso, 1992)
Pada umumnya ciri-ciri yang melekat pada opinion leader tidak bisa diletakkan
secara tajam pada para pemimpin desa. Sebab adakalanya batasan yang melekat
tersebut sangat tipis sekali antara opinion leader dengan followersnya. Dengan demikian, tidak bisa dikatakan bahwa ciri-ciri
itu melekat pada opinion leader, sedangkan masyarakat tidak punya sama sekali
ciri-ciri tersebut. Salah satu keunggulan dari opinion leader pada umumnya itu
lebih muda menyesuaikan diri didalam masyarakat, lebih kompeten dan lebih tau
memelihara norma yang ada. Kemampuan dirinya memelihara norma menjadi salah
satu konsekuensi logis bentuk pelayanan atau suri teladan yang dapat diberikan
atau ditunjukkan kepada masyarakatnya.[3]
E.
CARA MENGETAHUI ADANYA OPINION LEADER
Empat
metode utama untuk mengukur dan mengetahui adanya opinion leaders yaitu sebagai
berikut :
1.
Metode Sosiometrik
Dalam metode ini, masyarakat ditanya kepada siapa mereka
meminta nasihat atau mencari informasi mengenai masalah kemasyarakatan yang
dihadapinya. Misalnya masalah itu mengenai difusi inovasi, kepada masyarakat
diajukan pertanyaan: “dari mana anda memperoleh informasi tentang difusi
inovasi?” jadi orang yang paling banyak mengetahui dan dimintai nasihat tenteng
masalah tersebut dialah yang disebut sebagai opinion leaders.
2.
Informants’
Ratings
Metode ini mengajukan pertanyaan tertentu kepada orang
/responden yang dianggap sebagai key
informants dalam masyarakat mengenai siapa yang dianggap masyarakat sebagai
pemimpin mereka. Jadi dalam hal ini responden tersebut haruslah jeli dalam
mimilih siapa yang benar-benar harus memimpin dalam masyarakat tersebut. Dari
segi kepribadian, pendidikan, serta tindakan yang dilakukannya terhadap
masyarakat tersebut.
3.
Self-designating
techniques
Metode ini mengajukan pertanyaan kepada responden dan
meminta tendensi orang lain untuk menunjuk siapa yang mempunyai pengaruh.
Misalnya. Apakah seseorang yang memerlukan suatu informasi perlu meminta
keterangan kepada ibu /bapak. Jika jawabannya tidak maka hal tersebut belum
menunjukkan siapa yang sering dimintai keterangan. Hal ini sangat bergantung
kepada ketepatan (akurasi) responden untuk mengindentifikasi dirinya sebagai
pemimpin.[4]
F.
PENERAPAN OPINION
LEADER DI INDONESIA
Sebagaimana
sudah diketahui sebelumnya, kajian tentang pemimpin opini ini awalnya muncul di
Amerika seperti yang ditunjukkan oleh Paul Lazarefeld dan kawan-kawan. Oleh
karena itu model-model arus informasi yang mendekati pembahasan pemimpin opini
ini adalah model two step flow.
Artinya media massa tidak langsung mengenai audiencenya tetapi melalui pemimpin
opininya. Kemudian informasi yang didapatkan tadi disampaikan kepada para
pengikutnya.
Maksudnya pemuka pendapat disini adalah
seseorang yang relatif dapat mempengaruhi sikap dan tigkah laku orang lain
untuk bertindak dalam suatu tata cara tertentu. Tapi seiring dengan tingkat
perkembangan media massa dan zaman. Lambat laun pemimpin opini ini ditinggalkan
karena para audiencenya telah
menentukan sikap dan perilaku sendiri, sebab secara tidak langsung mereka telah
mampu mengaskes media massa. (Rogers dan Shoemaker, 1987).
1.
Opinion
leader dalam komunikasi
Opinion leaders menjadi salah satu unsur yang sangat
mempengaruhi arus komunikasi. Khususnya dipedesaan berbagai perubahan dan
kemajuan masyarakat sangat ditentukan oleh opinion leaders.
Misalnya pemimpin opini bisa berperan memotivasi masyarakat agar ikut serta
secara aktif dalam pembangunan, untuk itulah selayaknya pemerintah memberikan
perhatian khusus terhadap pemuka pendapat ini. Bukan sebaliknya malah
menjatuhkan opinion leaders tersebut. Misalnya tentang
kepercayaan masyarakat pada program pembangunan, selayaknya pemerintah
memfungsikan peran opinion leaders sebagai tokoh sentral dalam
pembanguanan di pedesaan.
Di desa ada suatu kecenderungan dalam masyarakat, dimana
warga masyarakat akan lebih sering berkomunikasi sesama mereka dengan memilih
tingkat pendidikan yang tidak terlalu tinggi. Misalnya mereka akan lebih
tertarik dengan individu yang hanya lulusan SD dan SMP dibanding dengan lulusan
universitas. Sebagaimana yang dikatakan Everett M. Roger dan Shoemaker “bahwa
orang–orang yang paling tinggi status sosialnya dalam sisitem sosial jarang
sekali untuk berinteraksi langsung dengan orang-orang yang paling rendah status
sosialnya.”
2.
Opinion
Leader dalam Kehidupan Politik.
Pemimpin opini adalah mereka yang punya otoritas tinggi
dalam menentukan sikap dan perilaku pengikutnya. Bukan dari kedudukan, jabatan
politik tetapi karena kewibawaan, ketundukan, kharisma, mitos yang melekat
padanya atau karena pengetahuan serta pengalaman yang dimilikinya. Sebab pada
saat sekarang banyak para pemimpin politik yang hanya disanjung dengan
jabatannya saja. Sebagai contoh Megawati dan Gus Dur ditempatkan sebagai pemimpin
opini dalam politik. Karena keduanya mampu menentukan sikap dan perilaku
pengikutnya. Megawati bisa “memaksa” pengikutnya untuk memilih PDI-P, apa pun
yang terjadi pada partai tersebut, begitu juga Gus Dur bisa menentukan
pengikutnya untuk terus mendukung dirinya pada tanda gambar PKB
Mengapa Megawati dan Gus Dur dianggap sebagai pemimpin
opini.
1. Megawati dan Gus Dur menjadi panutan pengikutnya,
panutan tersebut tidakberdasarkan ketundukan rasional tetapi ketundukan
irasional. Kata lainnya apa pun yang dilakukan kedua pemimpin tersebut baik dan
buruk lebih cenderung diikuti pengikutnya. Bahkan gaya kepemimpinan keduanya
lebih didasarkan pada kepemimpinan yang kharismatik.
2. Mereka menentukan apa yang harus dilakukan
pengikutnya. Contoh, jika keduanya bilang massa bergerak ke kiri, mereka akan
bergerak ke kiri.
3. Peran keduanya juga mengukuhkan bahwa media massa
punya pengaruh yang kecil dalam mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakatnya.
Artinya meskipun media massa tersebut menolak ide kedua orang tersebut, tetapi
masyarakat tak jarang mencari informasi yang benar untuk mendukung dan mematuhi
pendapat pemimpin opininya.
Hubungan antara pemimpin opini dalam politik dengan
masyarakat di Indonesia adalah sebagai berikut :
1.
Pemimpin opini sangat berpengaruh dalam
mempengaruhi proses kebijakan politik di Indonesia.
2.
Pemimpin opini juga bisa menolak kebijakan
pemerintah
3.
Pemimpin opini tidak boleh dipandang sebelah
mata agar keinginan pemerintah terpenuhi. Maksudnya, pembangunan tidak akan
berhasil jika pemerintah tidak mendapat dukungan penuh dari pemimpin opini.
Malah sebaliknya pemimpin opini inilah kunci utama keberhasilan program
pemerintah terutama di daerah pedesaan.
3. Opinion
Leader dalam Kehidupan Sosial.
Peranan pemimpin opini dalam kehiduan sosial di Indonesia
juga tidak bisa dibilang rendah. Karena pemimpin opini sangat dipercaya dalam
masyarakatnya. Ia ikut dalam menentukan berbagai perilaku masyarakatnya. Di
Indonesia, pemimpin opini ikut menentukan apakah program keluarga berencana (KB)
yang dikampayekan pemerintah pada tahun 70-an sukses atau tidak. Secara
terang-terangan di sebuah kantor Kepala Desa di Patala, Jetis, Bantul
Yogyakarta ditulis bahwa para Kiai dan tokoh masyarakat lain mendukung gerakan
program KB tersebut, bahkan KB dianggap halal dan sah. Kampaye lewat tulisan
ini penting agar masyarakat yang semula ragu terhadap program KB tidak sangsi
untuk memakai alat kontrasepsi. Bisa dibayangkan bagaimana jika program KB ini
tidak mendapat dukungan dari para pemimpin opini, sekuat apa pun keinginan
pemerintah atau dipaksa dengan cara apa pun masyarakat tentu tidak akan
menganggap KB sebagai program baru yang justru membatasi anak. [5]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Opinion leaders dapat dikatakan sebagai orang-orang berpengaruh, yakni
orang-orang tertentu yang mampu memengaruhi sikap orang lain secara informal
dalam suatu sistem sosial. Dalam kenyataannya, orang berpengaruh ini dapat
menjadi pendukung inovasi atau sebaliknya, menjadi penentang. Ia (mereka)
berperan sebagai model dimana perilakunya (baik mendukung atau menentang)
diikuti oleh para pengikutnya. Opinion leaders bukanlah
manusia yang serba tau akan segala hal, tetapi kelebihannya adalah bahwa mereka
diangap orang yang lebih peka dan in
group serta tahu adat kebiasaamn masyarakat. Mereka memiliki jiwa sosial
yang tinggi serta selalu siap memantu perubahan sosial di
lingkungannya.
B.
Saran
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan
bagi para pembaca. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan makalah
ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Nurudin. Sistem Komunikasi Indonesia.
2004. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Panuju, Redi. 1997. Sistem Komunikasi Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Panuju, Redi. 1997. Sistem Komunikasi Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
No comments:
Post a Comment