MATA KULIAH STUDI KEISLAMAAN
Disusun Oleh :
KELOMPOK 7
·
Miftahul Jannah
·
Muhammad Kris
Pratama
·
Nopri Herawati
·
Syariful Huda
Dosen Pengampu : Drs.
H. Hambali, M.Si
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN
FATAH PALEMBANG
Kata Pengantar
Puji
dan syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT, karena berkat taufik dan
hidayahNya makalah ini yang berjudul Aspek
Dakwah dalam Islamdapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam kita
sampaikan kepada junjungan kita, dialah Nabi yang diutus Allah SWT sebagai
pembawa rahmat bagi semesta alam dan Insyaallah kita semua akan mendapat
syafaat dariNya, yaitu Nabi Muhammad Saw beserta keluarga, sahabat dan kita hingga
akhir zaman.
Salam
hangat saya sampaikan kepada bapak H. Hambali, M.M selaku dosen mata kuliah
studi keislaman yang telah memberikan tugas kepada kami, sehingga kami bisa
membuat makalah ini dengan penuh rasa bangga dan rasa tanggung jawab yang tinggi.
Pada
kesempatan ini yang baik ini kami ingin menjelaskan bahwa makalah yang buat
berdasarkan keilmuaan yang bisa dipertanggungjawabkan karena setiap isi dalam
makalah ini merupakan referensi referensi dari bebagai sumber yang ada. Dalam
pembuatan makalah ini kami menekankan kepada kehatian dalam menulis agar
makalah kami bisa menjadi bahan pembelajaran yang membawa manfaat bagi kami dan
para pembacanya. Apabila disuatu hari terdapat kesalahan yang kami tak sengaja
ataupun lainya kami mohon maaf atas kekeliruan itu.
Palembang, 24
September 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar.................................................................................................................... 2
Daftar isi.............................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN
Latar belakang..................................................................................................................... 4
Rumusan masalah................................................................................................................ 5
Tujuan.................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAAN
Ilmu dakwah islam.............................................................................................................. 6
Sumber ajaran islam............................................................................................................. 9
Metode metode dakwah...................................................................................................... 13
PENUTUP
Kesimpulan.......................................................................................................................... 14
Saran.................................................................................................................................... 14
Daftar pustaka..................................................................................................................... 15
PENDAHULUAN
Latar belakang
Secara etimologi (ilmu asal usul kata) ,
islam berasal dari bahasa arab, terambil dari kosa kata salima yang berarti selamat
sentosa. kata ini kemudian dibentuk menjadi kata aslama yang berarti memeliharakan dalam keaadan selamat, sentosa,
dan berarti pula berserah diri, patuh, tunduk dan taat. Islam berarti damai dan
kasih sayang. Maksudnya,agama islam mengajarkan perdamaian dan kasih sayang
bagi umat manusia tanpa memandang warna kulit,agama, dan status sosial.
Pengertian islam dari segi bahasa terkait erat dengan misi ajaran islam, yakni
membawa kedamaian dan kesejahteraan bagi kehidupan umat manusia. Hal ini
sejalan dengan firman allah SWT:
Dan
tiada kami mengutus kamu(muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh
alam (QS.Al Anbiyah (21):10
Islam mulai turun wahyu pertama pada tahun 622M yang diturunkan oleh nabi terakhir yaitu
muhammad SAW di gua hira. Selama perkembangan islam sudah mengalami
perkembangan yang sangat pesat dari keilmuaan, pendidikan dan pakar pakar
tentang islam. Di era sekarang hampir di setiap negara pasti ada pemeluk islam
baik itu mayoritas ataupun minoritas disuatu bangsa. Sepertinya contohnya
indonesia yang dulu nya adalah kerajaan
kerajaan yang raja raja nya beragama hindu budha bisa menjadi negara dengan
muslim terbesar didunia . hal itu disebabkan oleh para ulama-ulama kita para
dai-dai kita yang berjuang menegakan agama allah sehingga saat ini kita bisa
merasakan nikmatnya islam. Terlepas dari itu para ulama mangajarkan kita islam
dengan berdakwah dari suatu tempat ke tempat lain.
Berdakwah
merupakan cara dari ulama untuk menyebarkan agama islam ke seluruh penjuru
dunia. Berdakwah menurut kamus besar bahasa indonesia adalah penyiaran,
propaganda, penyiaraan agama dan pengembangan di kalangan masyarakat,seruan
untuk memeluk dan mengajak orang dalam kebaikan. Berdakwah adalah tugas mulia
dalam pandangaan Allah subhanahu wata’ala,
sehingga dengan dakwah tersebut Allah menyematkan predikat khoiru ummah( sebaik baik umat)
‘’Kalian adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada ma’ruf, dan mencegah dari yang
mungkar, dan beriman kepada allah.’’ (QS. Ali imron 110)[1]
Pada dewasa ini cara berdakwah sudah mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Mulai dipakainya alat bantu menyampaikan pesan
melalu tekonologi seperti media massa dan media elektronik. Berdakwa tak lagi
harus bertatap muka ataupun berkomunikasi langsung dengan jammah nya di majelis
ilmu tapi sekarang sudah bisa komunikasi satu arah yang sangat membantu bagi
orang orang yang memiliki waktu yang sempit. Dengan teknologi para ulama masa
kini bisa menyampaikan dakwahnya ke semua orang dan ke semua tempat tanpa
terkendala jarak . hal ini harus dimanfaatkan sebagai peningkatan kualitas iman
setiap muslim.
Rumusan masalah
1. Sumber-sumber apa yang menjadi bahan referensi
atau rujukan para ulama untuk menyampaikan dakwahnya agar tidak terjadi
kesalahaan?
2.
Metode -metode apa yang bisa digunakan dalam berdakwah?
Tujuan makalah
1.
Sebagai bahan pembelajaraan bagi kami tentang studi islam.
2.
Sebagai penilaian dosen untuk mata kuliah studi islam
A. ILMU DAKWAH
ISLAM
Dakwah mengandung pengertian sebagai
suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan
sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha memengaruhi
orang lain, baik secara individual maupun secara kelompok agar supaya timbul
dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran,sikap,penghayatan, serta pengamalan
terhadap ajaran agama sebagaimassage(pesan).
Dalam perkembangannya dakwah tumbuh dan berkembang
menjadi suatu ilmu, yaitu ilmu yang membahas tentang berbagai aspek yang
berkaitan dengan dakwah yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam.
B. PRINSIP-PRINSIP DAKWAH ISLAM
Keberhasilan dakwah islam yang demikian itu, karena
berpegang teguh kepada prinsip prinsip sebagai berikut :
1. Prinsip sukarela tanpa paksaan
Dalam menyampaikan dakwah kita tidak
boleh melakukan pemaksaa, penekanan, ancaman, dan lainya, melainkan
mempersilahkan orang lain untuk menganut ajaran agama tersebut dengan kemaunnya
sendiri, dan dengan sukarela atau pilihan nya sendiri.
Tidak ada
paksaan untuk memasuki agama islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada thaghut,
dan beriman kepada allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali
yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan allah maha mendengar lagi maha
penyayang. (QS. Al Baqarah (2):256)
2. Prinsip bijaksana, lemah lembut,
dan beradab
Pada dasarnya, manusia selain sebagai
makhluk yang dapat dipengaruhi, juga makhluk yang lebih suka diperlakukan
dengan cara yang bijaksana, lemah lembut, dan beradab. Dakwah lebih cocok dilakukan
dengan cara yang lembut ,rendah hati, dan dialogis. Allah SWT berfirman[2] :
Maka disebabkan
rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyahwarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakalah kepada allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal kepada-Nya .(QS.Ali-Imran (3):159)
3. Prinsip sesuai dengan tingkatan
masyarakat
Fakta menunjukkan, bahwa kondisi
masyarakat, baik dari segi sosial, ekonomi, pendidikan, dan lainnya. Keadaan
ini pada gilirannya memerlukan metode, pendekatan, dan strategi yang
berbeda-beda. Ketidaksesuaian metode, pendekatan, dan strategi dalam berdakwah,
akan mengecewakan sasaran dakwah yang pada gilirannya tujuan dakwah tidak akan
tercapai sebagaimana yang diharapkan. Berkaitan dengan ini, Allah SWT
berfirman:
Serulah (manusia)
kepada jalan tuhanmu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik, dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya tuhanmu dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS.AN-Nahl(16):125)
4.Prinsip memberikan memudahkan
Secara psikologis, seseorang lebih
tertarik kepada sesuatu yang dapat dilakukan dengan mudah, dan tanpa beban.
Sebuah buku yang sulit dipahami biasanya menyebabkan orang enggan untuk
membacanya. Prinsip memberikan kemudahan ini sejalan dengan firman Allah SWT:
Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu.(QS.Al-Baqarah(2):185)
5.Prinsip menggembirakan
Menggembirakan pada sasaran dakwah seharusnya
dilakukan secara elegant, tidak keluar dari batas-batas kesopanan, dan bersifat
akademis. Tentang prinsip menggembirakan ini Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya
kami telah mengutusmu(Muhammad) dengan kebenaran: sebagai pembawa berita
gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan
jawab), tentang penghuni-penghuni neraka.(QS.Al-Baqarah(2):119)
6.Prinsip saling menghargai dan
toleransi
Dalam melakukan dakwah sering kali
terjadi gesekan dengan penganut agama lain yang dapat menimbulkan keadaan yang
sensitif, yakni memicu terjadinya konflik antara agama, etnis, dan golongan.
Agar keadaan ini tidak terjadi, maka dalam melakukan kegiatan dakwah harus
disertai dengan sikap saling menghargai dan toleransi. Allah SWT berfirman:
Katakanlah:”Hai
orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu
bukan penyembah tuhan yang aku sembah; dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa
yang kamu sembah; dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah tuhan yang kau
sembah. Untukmu agamamu dan untukkulah agamaku` (QS.Al-Kafirun(109):1-6)
B.SUMBER AJARAN
ISLAM
A.Pengertian sumber ajaran islam
Sumber
dapat di artikan sebagai tempat yang darinya dapat di peroleh bahan bahan yang
di perlukan untuk membuat sesuatu. Islam sebagai bangunan atau konstruksi yang
di dalamnya terdapat nilai nilai, ajaran, petunjuk hidup, dan sebagainya
membutuhkan sumber yang dapat di ambil bahan bahan yang di perlukan guna
mengkonstruksi ajaran islam tersebut. Dengan mengacu pada ayat al quran yang
berbunyi:
Hai hai orang orang beriman,taatilah allah dan
taatilah rasul(Nya) dan uli amri diantara kamu. Kemudia jika kamu berlainan
pendapat tentang suatu (urusan) maka kembalikan lah ia kepada allah(Al Quran)
dan rasul(sunnah)Nya, jika kamu benar benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian yang demikian lebih utama ( bagimu) dan lebih baik kesudahaannya, QS.
An nisa(4):59)
Dan
hadis rasulullah SAW sebagai berikut :
‘’Aku
tinggalkan dua perkara untuk kamu sekalian, yang dijamin tidak akan sesat selama
berpegang kepadanya, yaitu kitab allah(Al Quran) dan sunnah rasul (Al Hadis)’’
(HR.
Muslim)
B. Macam macam sumber ajaran islam
1. Al Quran
Pengertian kebahasaan ini telah
menggambarkan bahwa Al Quran berkaitan dengan kegiatan pembelajaran,
pendidikan, dan pengajaran yang antara satu ayat dan ayat lain merupakan satu
kesatuan yang saling menjelaskan dan menafsirkan. Pendapat seperti in didukung
oleh Al zajjaj dan al lihyani. Al
Quran juga diyakini tetap terpeliharan seluruh isinya sepanjang jaman. Pemeliharaan
ini di jamin oleh allah SWT dengan cara: pertama, bahwa susunan ayat dan surat
surat nya walaupun demikian banyak hingga mencapai lebih dari 6000 ayat tetapi
dapat dihapal, bukan hanya dapat melihat , melainkan juga oleh tuna netra
bahkan anak dibawah umur.
Kedua, bahwa kalimat atau lafadz bersifat mukjizat,
yakni tidak mungkin dapat dipalsukan, juga dapat ditandingi oleh manusia. Allah
SWT memberikan kesempatan kepada manusia yang ingin mencoba untuk membuat
seperti Al Quran, sebagai mana dinyatakan dalam firman Nya :
Katakanlah :
sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al quran
ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun
sebagaian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.(QS. Al isra’(17):88)
Sejarah mencatat tentang adanya orang yang berani
mencoba menghadapi tantangan al quran tersebut. Yaitu peristiwa yang terjadi pada
ibnu muqawwa, sebagai mana yang diungkapkan oleh seorang orentasi, wallacestone, dalam bukunya mohammad: his life doctrin. Dari segi istilah para
ahli memberikan definisi Al Quran adalah kalamullah yang diturunkan kepada Muhammad
saw dan membacanya adalah ibadah. Menurut manna Al Qaththan, al quran adalah kalamullah yang perkataan nya berasal
dari Allah tanpa ada perkataan manusia, jin dan malaikat. Dengan rumusan yang
diturunkan kepada Muhammad SAW berarti tidak termasuk segala sesuatu yang
diturunkan kepada para nabi sebelumnya Muhammad SAW, seperti zabur,taurat dan
injil.[3]
2. Al Hadis (sunnah)
Menurut
bahasa, Al sunah berarti jalan hidup
yang dilalui atau yang di jalani, atau sesustu yang sudah di biasakan,baik
jalan hidup atau suatu yangsudah dibiasakan itu baik hal hal yang bersifat baik
atau burauk.Sunah menurut para ahli al
usuliyyin,adalah suatu yang diambil dari ucapan, perbuatan, dan
persetujuanya. Dalam pada itu, sunah menurut para ahli fiqih adalah salah satu dari hukum syara’ yang lima yaitu perbuatan yang apabila dikerjakan mendapat
pahala, sedangkan apabila ditinggalkan tidak disiksa. Ajaran islam sebagaimana
terdapat dalam Al Quran akan menemui kesulitan baik dalam memahami atau
melaksanakannya jika tidak didampingi oleh sunnah.Sunnahdalam
pengertian para ahli hadits ialah sesuatu yang didapatkan dari nabi SAW yang
terdiri dari ucapan, perbuatan, persetujuan, sifat fisik atau budi perkerti,
atau biografi, baik pada masa kenabian atau sesudah kenabian.
Sejarah perkembangan al sunnah :
a. Periode
periwayatan dengan lisan
Periwayatan hadits dengan lisan terjadi
di zaman rasulullah dan para sahabatnya. Dimasa rasulullah masih hidup, hadits
belum mendapat pelayanan dan perhatian sepenuhnya seperti Al Quran. Para
sahabat, terutama yang mempunyai kecakapan dalam menulis selalu mencurahkan
tenaga dan waktunya untuk mengabdikan ayat-ayat Al-Quran di atas benda-benda yang
dapat ditulis. Suatu riwayat menyebutkan bahwa beliau di samping melarang, juga
memerintahkan kepada beberapa orang sahab tertentu untuk menulis hadits.
b. Periode
penulisan dan pembukaan al hadits secara resmi
Setelah agama islam tersiar luas dan
dianut oleh penduduk yang bertempat tinggal di luar jazirah arab, para sahabat
mulai terpencar di beberapa wilaya, dan tidak sedikit yang meninggal dunia,
maka para ulam merasa perlu membukukan hadits dalam bentuk tulisan atau buku.
Hal ini mendorong khalifah umar bin
abdul aziz, seorang khalifah bani umayyah yang berkuasa pada tahun 99-101
hijrah untuk menulis dan membukukan hadits. Pada awal pembukuan dan pengumpulan
hadits-hadits itu baik yang sahih, hasan , maupun dlaif bahkan fatwa sahabat
dikumpulkan dan dibukukan. Tokoh terkenal dan berjasa mengumpulkan hadits pada
zaman umar bin abdul aziz adalah al zuhri. Kitab-kitab yang masyhur mengenai
hadits yang terdapat pada periode penulisan dan pembukuan hadits ini adalah :
1). Al
muwaththa disusun oleh imam malik tahun 144 H
2). Musnad al- syafi’iy,Mukhtaliful-hadits disusun oleh imam syafi’iy
c. Periode penyaringan
hadits dari fatwa-fatwa
Pada permulaan abad ketiga hijrah, para
ahli hadits memulai usahanya memisahkan hadits dari fatwa-fatwa sahabat dan tabiin. Mereka berusaha membukukan
hadits Rasullulah saja, tanpa campuran dengan yang lain. Untuk tujuan yang
muliah ini, mereka menyusun kitab-kitab musnad yang bersih dari fatwa-fatwa.
Mereka mebuat kaidah-kaidah dan syarat-syarat untuk menentukan suatu hadits:
apakah hadits itu bisa diterima atau tidak. Dalam hubungan ini, para perawi
hadits tidak luput menjadi sasaran penelitian mereka, untuk menyelidiki
kejujurannya, kehafalannya, dan lain sebagainya. Sebagai hasil dari kerja keras
para ulama di periode ini, munculah kitab-kitab hadits yang terhindar dari
hadits dlaif dan seterusnya.
a). shahih al-bukhary atau al jami’ush shaih. Kitab
ini disusun oleh muhammad bin ismail al-bukhary(194-256H). Menurut suatu
penelitian, kitab ini memuat 8.122 hadits, yang terdiri dari 6.397 hadits asli,
dan selebihnya hadits yang terulang ulang.
b). shahih muslim atau jamiush shahih. Kitab ini
disusun oleh imam muslim bin hajjaj bin muslim al-qusyairy (204-261H). Berisi
sebanyak 7.273 hadits, termasuk yang diulang-ulang.
d.Periode
penghafalan dan pengisnadan hadits
Para ulama yang hidup di abad ke empat
ini berlomba-lomba menghafal hadits yang telah dibukukan itu sebanyak-banyaknya
hingga sebagian mereka sanggup menghafal beratus ribu hadits. Sejak zaman ini
timbulah bermacam-macam gelar keahlian dalam ilmu hadits, seperti al-hakim, al-hafifdz dan lain lain.
Selai itu, perlu juga diketahuhi bahwa abad keempat ini merupakan abad pemisah
antara ulama mutakaddimin yang dalam
menyusun kitab hadits mereka berusaha sendiri menemui para sahabat atau atabiin
penghafal hadits dan kemudia menelitinya. Diantara kitab-kitab yang masyhur
karya ulama abad keempat ini adalah,mu’jam
al-kabir,mu’jam al-ausatht, dan mu’jam
al-shaghir’ketiga-tiganya karya imam sulaiman bin ahmad al-thabarany.
e. Periode
pengklasifikasian dan pensistematisasian susunan kitab-kitab hadits
Periode pengklasifikasian dan
pensistematisan hadits ini mulai terjadi pada abad ke 5 dan seterusnya. Para
ulama ahli hadits pada abad ini berupaya mengklasifikasi hadits dengan menghimpun
hadits-hadits yang sejenis kanduganya atau sejenis.
3. Al Rayu
(hasil ijitihad pemikiran)
Al
Quran dan Al Sunnah sebagaiman disebutkan sebelumnya merupakan sumber
utam(primer) ajaran islam. Adaupun pemikiran merupakan sumber kedua (sekunder)
yang dapat digunakan ketika dalil yang dibutuhkan untuk menetapkan suatu hukum
tidak terdapat didalama Al quran dan Al sunnah tersebut. Dikalangan para ulama
ushul fiqih, pemikirian (al ra’’yu) ini dapat mengambil bentuk ijma’ ulama (kesepakatan para ulama),
qiyas (analogi), Al mashlaht Al mursalah(kemashalahatan
ulama),’urf(tradisi yang sudah
berlangsung), istisan(sesesuatu yang dianggap baik), qaul Al sahabat (ucapan para sahabat), syar’un man qablan( agama sebelum islam), dan sadd al zari’ah (menolak keburukan). Fatwa keagamaan sebagai hasil
pemikiran para ahli agama(islam) tentu memberikan warna dan corak yang elegant
tentang ajaran-ajaran Al Quran dan Al Hadis, sehingga ummat islam akan
mengetahuhi seluk beluk agama islam yang istimewa.[4]Al ro’yu atau ijitihad(yang dituangkan melalui fatwa keagamaan) posisinya sebagai
dalil hukum islam, dimana antara lain operasionalisasinya untuk mengkaji,meneliti
dan menggali dalil-dalil yang tersirat dibalik suatu lafadz (yang tentunya
memerlukan suatu pengkajian dan pengalian secara dalam). Pada surat annisa ayat
176 allah swt berfirman sebagai berikut :
‘’Mereka
memintamu fatwa (muhammad saw), tentang kalalah( seorang yang meninggal dunia,
namun si mayit tidak mempunyai ahli waris ayah dan anak kandung)’’
Sumber rasul,telah memberikan penjelasan yang secara
kongkret tentang hukum-hukum yang bersifat asasi( bukan hanya diputuskan
berdarsarkan hasil dari pertanyaan seseorang, namun betul-betul digali-digali
dari sumber yang asli). Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalaha pahaman
dan juga sekaligus untuk menshahihkan/membenarkan kepahaman ataupun untuk
menjelaskan kepada orang-orang yang tidak mengetahuhi(jahil), dan untuk
menetapkan/mengkongritkan bagi orang-orang yang mau menuntut ilmu. Ijtihad
merupakan hasil usaha maksimal yang dilakukan oleh para ahli agama dengan jalan
penelitian dan pengkajian secara mendalam untuk menghasilkan keputusan yang
syar’iyah yang pasti.
Pada dasarnya fatwa keagamaan tidak
dapat berdiri sendiri, tanpa didasari oleh ijtihad dalam menggali ajaran-ajaran
islam yang sesungguhnya. Menurut madzhab hanafi, fatwa abi abbas taqiyuddin
ibnu taimiyah sangat termasyur pada masa itu. Dia memberikan penjelasan/menyelesaikan
segala persoalan terutama masalah keagamaan di masyarakat pada itu. Secara haqiqi fatwa dalam bukunya adalah pada
dasarnya tidak terkait kepada suatu apapun(fatwa tidak mengenal sistem
paket/sponsor) kecuali hanya mendasarkan diri pada dalil dalil nash syari’ah
(Al quran dan Al hadis).
C. METODE METODE
DAKWAH
[5]Metode
ialah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanana suatu kegiatan
guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode dakwah adalah cara yang digunakan
dai untuk menyampaikan materi dakwah (islam). Metode dakwah sangat penting
perannya dalam menyampaian dakwah metode yang tidak benar ,meskipun materi yang
disampaikan baik, maka pesan baik tersebut bisa ditolak.
Metode hikmah dalam kegiatan dakwah muncul berbagai
bentuk seperti mengenal strata mad’u, kapan harus bicara dan kapan diam ,
mencari titik temu, toleran, tanpa kehilangan sibghah,memilih kata yang tepat,
cara berpisah, uswatun al hasanah dan lisan al hal, atau komunikasi yang benar
dan menyentuh jiwa.
Metode hikmah dalam kegiatan dakwah muncul berbagai
bentuk seperti mengenal strata mad’u, kapan harus bicara dan kapan diam ,
mencari titik temu, toleran, tanpa kehilangan sibghah,memilih kata yang tepat,
cara berpisah, uswatun al hasanah dan lisan al hal, atau komunikasi yang benar
dan menyentuh jiwa.. Mungkin dalam komunikasi metode al maw,izah al hasana
mirip dengan publik speaking atau pidato.
Dakwah bil mujadalah, yaitu dakwah dengan cara
debat. Kata mujadalah dari kata jadala pada dasarnya berarti membantah atau
berbantah bantahaan. Kata mujadalah dimaknai oleh musafir al raji dengan
bantahan yang tidak membawa kepada pertikaian dan kebencian, tetapi membawa
kebenaran, artinya bahwa dakwah dalam bentuk ini dalah dakwah dengan cara debat
terbuka, argumentatif dan jawaban dapat memuaskan masyarakat luas.
PENUTUP
Kesimpulan
Bahwa islam adalah agama yang diturunkan
oleh allah melalui nabi muhammad saw. Islam disebarkan atau disampaikan dengan
cara para nabi atau para ulama berdakwah ke suatu tempat ke tempat lain.
Berdakwah yang disampaikan haruslah tidak bersifat memaksa. Berdakwah harus
disampaikan dengan lembut dan tidak menindas kaum lain. Berdakwah harus
dilakukan dengan cara tidak menyinggung suatu kelompok atau kaum tertentu.
Dalam menyampaikan dakwah seorang pendakwah tidak hanya mampu berbicara saja
tapi harus bisa memberikan contoh.
Saran
Makalah yang berjudul aspek aspek dakwah
dalam islam ini masih membutuhkan banyak referensi dari buku maupun sumber
lainya sehingga makalah ini bisa menjadi bahan pembelajaran yang memiliki
keilmuaan yang sesuai standar pendidikan.
Daftar pustaka
Nata,abuddin.2010.Studi Keislaman Komperensif.jakarta:rajawali pers.
Azra,azyumardi.2011.pengembangan metode dakwah.jakarta:rajawali pers
Fatah Abd rohadi.1991.Analisa Fatwa Keagamaan Dalam Fiqh Islam.jakarta:Pt paragonatama
Nata,abuddin.1992.al quran dan hadits(dirasah islamiah 1).jakarta:rajawali pers
[1] Abuddin
nata, studi islam komprehensif, (jakarta: rajawali pers, 2014) hlm 11
[2] Abuddin
nata, studi islam komprehensif,
(jakarta: rajawali pers, 2014) hlm 227
[3] Nata
abuddin.Al Quran dan hadits(dirasah
islamiah 1),(jakarta:rajawali pers,1992)hlm 54
[4] rohadi
abd.fatah.analisa fatwa keagamaan dalam
fiqh islam,(jakarta:bumi aksara,1991)hlm 3
[5]
Azyumardi azra, pengembangan metode
dakwah , (jakarta: rajawali pers, 2014) hlm 8
Lumayan bagus
ReplyDelete