Hubungan Ontologi dan Ilmu Komunikasi - pemuda bebas berkarya

Breaking

post

recent/hot-posts

Wednesday, May 30, 2018

Hubungan Ontologi dan Ilmu Komunikasi


. Hubungan Ontologi dan Ilmu Komunikasi
          Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Dalam ilmu komunikasi, ontologi berperan mengkaji hakikat komunikasi, yakni mengkaji apa yang dimaksud dengan komunikasi. Ilmu komunikasi adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk mentransfer ide dari satu individu ataupun grup ke individu atau grup yang lain. Ilmu komunikasi dipahami melalui objek material dan objek formal:
a.   Objek material dipahami sebagai sesuatu yang monoteistik pada tingkat yang paling abstrak atau yang paling tinggi sebagai sebuah kesatuan dan kesamaan sebagai makhluk atau benda. Serta apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan, yaitu gejala “manusia di dunia yang mengembara menuju akhirat”. Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu manusia, dunia, dan akhirat. Maka ada filsafat tentang manusia (antropologi), filsafat tentang alam (kosmologi), dan filsafat tentang akhirat (teologi-filsafat ketuhanan; kata “akhirat” dalam konteks  hidup beriman dapat dengan mudah diganti dengan kata Tuhan). Antropologi, kosmologi, dan teologi, sekalipun kelihatan terpisah, saling berkaitan juga, sebab pembicaraan tentang yang satu pastilah tidak dapat dilepaskan dari yang lain. Juga pembicaraan filsafat tentang akhirat atau Tuhan hanya sejauh yang dikenal manusia dalam dunianya.

b.   Sementara objek formal melihat Ilmu Komunikasi sebagai suatu sudut pandang (point of view), yang selanjutnya menentukan ruang lingkup studi itu sendiri. Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat.[1]

          Contoh relevan aspek ontologis Ilmu Komunikasi adalah sejarah ilmu Komunikasi, Founding Father, Teori Komunikasi, Tradisi Ilmu Komunikasi, Komunikasi Manusia. Dalam hal ini menyangkut yang mempunyai eksistensi dalam dimensi ruang dan waktu, dan terjangkau oleh pengalaman inderawi. Dengan demikian, meliputi fenomena yang dapat diobservasi, dapat diukur, sehingga datanya dapat diolah, diinterpretasi, diverifikasi, dan ditarik kesimpulan. Dengan lain perkataan, tidak menggarap hal-hal yang gaib seperti soal surga atau neraka yang menjadi garapan ilmu keagamaan.
         
          Dalam kajian berita infotainment, bahasan secara ontologis tertuju pada keberadaan berita infotainment dalam ruang publik. Fenomena tentang berita infotainment bukan gejala baru di dunia jurnalisme. Misalnya saja, berita Kasus Kopi Sianida yang menyebabkan tewasnya Wayan Mirna Salihin yang diadakan sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Kasus ini bermula saat Jessica berteman dan berkuliah dengan Mirna, Boon Juwita alias Hani (Saksi Hani), dan Vera Rusli (Saksi Vera) di Kampus Billy Blue College Of Desain di Sidney, Australia. Sekitar pertengahan tahun 2015, Mirna mengetahui permasalahan dalam hubungan percintaan antara Jessica dengan pacarnya. Sehingga korban Mirna menasehati terdakwa agar putus saja dengan pacarnya yang suka kasar dan pemakai narkoba, dengan menyatakan buat apa pacaran dengan orang yang tidak baik dan tidak modal. Ucapan Mirna tersebut, ternyata membuat Jessica marah serta sakit hati sehingga Jessica memutuskan komunikasi dengan Mirna. Untuk membalas sakit hatinya tersebut, Jessica kemudian membuat suatu rencana untuk menghilangkan nyawa Mirna. Jessica yang sempat memutus komunikasi kembali menjalin komunikasi dengan Mirna guna melancarkan niatnya tersebut. (Muhyiddin, 2016)

          Fenomena jurnalisme infotainment kembali mencuat ketika terjadi berita hebohnya Seleb Instagram Karin Novilda alias Awkarin mulai ramai dibahas. Di Indonesia, fenomena ini juga bukan terbilang baru. Sejak zaman Harmoko (Menteri Penerangan pada saat itu) banyak surat kabar-surat kabar kuning muncul & diwarnai dengan antusias masyarakat. Bahkan ketika Arswendo Atmowiloto menerbitkan Monitor semakin membuat semarak “Jurnalisme kuning di Indonesia”. Pasca Orde Baru ketika kebebasan pers dibuka lebar-lebar semakin banyak media baru bermunculan, ada yang memiliki kualitas tetapi ada juga yang mengabaikan kualitas dengan mengandalkan sensasional, gosip, skandal dan lain-lain. Ketika tayangan Cek & Ricek dan Kabar Kabari berhasil di RCTI, TV lainnya juga ikut-ikut menayangkan acara gosip. Darisinilah cikal bakal infotainment marak di TV kita. Fenomena infotainment merupakan hal yang tidak bisa terhindarkan dari dunia jurnalisme kita. Pada realitasnya ini banyak disukai oleh masyarakat dengan bukti rating tinggi (public share tinggi).

          Pada hakikatnya, komunikasi yaitu proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika yang kita sampaikan bukan pesan maka itu bukan kajian ilmu komunikasi. Misalnya ada dua orang yang berdiri di pinggir jalan untuk menunggu bus, namun diantar mereka berdiam diri saja, tidak ada pesan yang di sampaikan kepada satu sama lain, maka diantara keduanya tidak ada dan tidak terjadi komunikasi. Misalkan kedua orang itu pria tampan dan gadis cantik. Si pria ingin sekali berkenalan dengan si gadis namun ia tidak menyampaikan pesan itu kepada si gadis tentang ketertarikannya, maka di antara mereka bukan komunikasi antar pribadi yang terjadi melainkan komunikasi interpribadi.




[1] Juhaya S. Praja, aliran-aliran filsafat dan etika (Jakarta: KENCANA, 2003), hlm.40

No comments:

Post a Comment